Wednesday, April 25, 2007

Info 8/ Produk


Edisi Spesial
----------------------------------------
Dalam edisi ini POOP! mengeluarkan produk edisi spesial. Sengaja kali ini kita tidak membawa satu isu tertentu, namun ketentuan 10% dari setiap pembelian produk kaos tetap akan kami donasikan pada kegiatan-kegiatan yang akan kami selengarakan disetiap edisi. So..keep your style, and together we fund...
----------------------------------------
Clothing Price Rp. 50.000,-
Size M boys, M girls
----------------------------------------
POOP! Together We Fun
c: 081578009382 (Anang Saptoto), 081578018157 (Pitra)
b: pooproom.blogspot.com
e: togetherwefund@yahoo.com

Friday, April 6, 2007

Info 7/ Artikel/ POOPMAGZ! Vol.01


"T-Shirt (aja) Punya Sejarah" --------------------------------------------------------------
Oleh : Yudhistira S. Utama dan Mimbar L Prayoga (Pengamat Kaos)
Image : The T-Shirt Book

Perubahan fungsi t-shirt telah dimulai semenjak bangsa kita masih dijajah. Dari pakaian dalam polos belaka, kemudian menjadi media eksplorasi desain grafis, hingga pada tahun 1948 untuk pertama kalinya dicatat dalam sejarah t-shirt dipakai sebagai perangkat aksi dari sebuah kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat. Calon Presiden dari New York, Thomas Dewey menjadikan t-shirt bertuliskan “Dew-it-with-Dew” sebagai salah satu media kampanyenya. Dwight D. Eisenhower, presiden Amerika Serikat ke 32, mengikuti cara tersebut dengan membuat "I Like Ike" untuk kampanye pencalonan dirinya sebagai presiden pada tahun 1952. Kampanye dengan t-shirt dinilai ‘manjur’ oleh banyak pihak sehingga kemudian ditiru sampai hari ini. Tak terkecuali di Indonesia.

Di negara kita pada masa kampanye menjelang pemilihan umum, t-shirt menjadi penanda dari suatu identitas kolektif, yaitu massa partai politik tertentu. Namun pembentukan identitas kolektif tersebut lebih ditujukan sebagai alat yang dapat memudahkan suatu kelompok, dengan kepentingan tertentu, untuk memobilisasi massa. Tak heran jika seringkali muncul aksi-aksi massa suatu partai politik yang tujuannya justru melenceng jauh dari esensi penyelenggaraan pemilihan umum itu sendiri. Penggunaan t-shirt sebagai penanda identitas kolektif kemudian merambah ke dunia musik. Bahkan terdapat indikasi bahwa melalui musik pula-lah t-shirt menjadi sedemikian populer sebagai simbol identitas. Sebut saja Zack De la Rocha (ex vokalis Rage Against the Machine), Chris Martin (Coldplay), di Indonesia ada Kaka (Slank), atau yang lebih old school Iwan Fals. Dari sinilah kemudian fungsi t-shirt mulai bergeser menjadi media untuk menyampaikan protes atau advokasi terhadap suatu isu.

Pergeseran fungsi t-shirt tersebut tidak terlepas dari peran kaum intelektual muda. Kehausan akan informasi; hasrat eksplorasi dan kepeduliannya terhadap fenomena yang ada di lingkungannya mendorong kaum muda ini untuk menyampaikan buah pemikirannya kepada khalayak luas. Dan inilah alasan mengapa t-shirt menjadi pilihan fashion bagi kaum muda. Terutama kaum muda yang sebagian besar aktivitas dan interaksinya berada di lingkungan akademis namun tidak merasa cukup dengan hanya-belajar-di kelas. Selain model potongan t-shirt yang simple dan bahan luwes yang jelas menjadikannya sangat nyaman dipakai di daerah beriklim sub-tropis seperti yang sekarang kita tempati ini, t-shirt juga dapat menjadi media representasi idealisme si pemakai. Hal ini pula-lah yang kiranya mendasari gerakan penyelamatan hutan kota seperti yang dilakukan oleh Poop Magz.

Hal yang kemudian perlu untuk diingat adalah bahwa t-shirt merupakan media komunikasi satu arah dengan kempampuan untuk menyampaikan informasi yang terbatas. Sehingga seringkali si pemakai tidak benar-benar paham akan pesan yang dicoba untuk disampaikan melalui t-shirt. Tak heran jika ada orang yang mengenakan t-shirt dengan gambar tiga anak panah yang tersusun menjadi tiga sudut dari segitiga sama sisi tanpa mengetahui arti dari lambang tesebut atau kaos bertuliskan Ganyang Malaysia! Yang bisa kita lihat di toko-toko kecil di bilangan jalan Mataram Jogjakarta. Terlebih, bagaimanapun juga t-shirt merupakan komoditas ekonomis. Dan sejalan dengan hukum permintaan dan penawaran, t-shirt yang banyak dipakai tentu kemudian akan terus direproduksi oleh produsen hingga akhirnya memasuki daur trend-basi-diganti.

Info 6/ Artikel/ POOPMAGZ! Vol.01


"Part Of My Life"
--------------------------------------------------------------
Oleh : Surya Adhy Wibowo (Mahasiswa Fak. Komunikasi UMY)
Foto : Dok. Surya


Sejak kecil aku sudah dikenalkan oleh orangtuaku dengan tanaman, mulai dari menyiraminya setiap pagi sebelum berangkat sekolah atau sore hari disaat waktu sengang. Kemudian memindahkan tanaman dari pot satu ke pot yang lain, memberi pupuk, mengganti tanah dengan tanah yang bagus atau menyapu dedaunan yang kering. Ketika itu memang terasa bosan saat menjalaninya, tapi orangtuaku selalu menanamkan bahwa hal-hal seperti itu akan bermanfaat di masa depan.

Kebiasaan-kebiasaan itu terus ditanamkan oleh orangtuaku agar menjadikan tanaman bukan hanya sekedar penghias rumah, walaupun banyak yang salah satu dari fungsi tanaman adalah sebagai penghias rumah atau pelengkap pekarangan. Namun menurutku, tanaman juga memiliki manfaat yang lebih dari sekedar penghias pekarangan rumah. Pernah saat aku pindah rumah, aku kurang begitu suka, karena selain aku sudah dekat dan akrab dengan lingkungan tempat tinggalku yang lama, di sisi lain aku juga merasa malas karena di rumah baruku tidak ada tumbuh-tumbuhannya, tidak seperti rumahku yang dulu. Tapi mau tidak mau akhirnya aku ikut pindah juga dengan berat hati. Aku senang sekali ketika mendengar kabar beberapa hari setelah pindah rumah, orangtuaku menyewa mobil untuk membawa tanaman-tanaman yang ada di rumah lama untuk di pindah ke rumah baru. Sungguh asyik melihat dedaunan yang hijau dan tumbuh subur.

Tanaman bukanlah sesuatu yang asing lagi bagiku. Di pekarangan rumahku terdapat berbagai macam tumbuhan mulai dari tanaman kuping gajah, suflir, aneka macam anggrek, palem, pohon mangga, mahkota dewa, anggrek tanah, simbar menjangan, cemara, pohon melati, dan masih banyak lagi tanaman hias yang aku kurang tahu nama-namanya.

Kini hobi dari orang tuaku menular ke kakak perempuanku dan suaminya. Kakakku dan suaminya baru-baru ini membudidayakan tanaman adenium, euphorbia, dan aglonema di pekarangan rumah. Sungguh indah melihat bunga-bunga bermekaran dari pucuk-pucuk dahan dengan beraneka ragam dan warna. Dari hobi yang dilakukan oleh kakakku dan suaminya aku mendapatkan suatu pelajaran, tanaman itu akan tumbuh dengan bagus dan berbunga indah dengan perawatan yang sungguh-sungguh dan dengan kerja keras serta kesabaran yang tinggi.

Tanaman sudah menjadi semacam obat bagiku waktu bosan atau suntuk. Bahkan saat lagi emosi, aku biasanya langsung menyiram tanaman sambil bermain-main air. Nggak berapa lama, perasaan-perasaan bosan, suntuk dan emosi hilang begitu saja. Entah mengapa tapi aku sudah mengalami bagaimana tanaman dapat menenangkan jiwaku. Ada semacam hubungan batin dimana aku seperti dapat merasakan senangnya tanaman itu saat aku menyiraminya. Perasaan seperti itulah yang menumbuhkan rasa suka pada tanaman, karena bisa berinteraksi dengan mereka kurasakan menjadi salah satu obat jiwaku.

Info 5/ Artikel/ POOPMAGZ! Vol.01


"Kelangsungan Kelestarian Lingkungan Adalah Hak dan Tanggung Jawab Mereka Juga (Anak-anak)"
--------------------------------------------------------------
Oleh : Zainal Rizal (PLAN Jogja)
Ilustrasi : Prohatmoko Catur Wckn


Upaya pengelolaan Sumber Daya Alam dan pelestarian Lingkungan adalah hal yang mendesak untuk dilakukan, dengan mengajak peran serta semua lapisan masyarakat terutama anak-anak dalam menjaga keseimbangan Ekosistem Lingkungan yang berkelanjutan.

Dengan mengajak anak-anak ikut berperan serta dalam gerakan ini guna membangkitkan kepedulian terhadap lingkungan dengan tujuan terbentuknya Sadar Lingkungan Sebagai Budaya semenjak mereka kecil.Dengan melakukan kegiatan dan aksi nyata yang senantiasa kita sampaikan guna memberikan pendidikan lingkungan kepada mereka tentang arti pentingnya pelestarian lingkungan dan manfaatnya.

Pendidikan dapat dimulai dalam lingkungan paling kecil yaitu di lingkungan keluarga, contoh sederhana disini anak – anak dapat diajarkan untuk menggunakan kertas secara lebih berhemat, dan mungkin jika perlu, menggunakan kertas yang sudah tidak terpakai pada salah satu sisinya, jika hanya akan digunakan untuk sekedar belajar berhitung atau corat – coret di rumah.

Contoh yang lain mungkin adalah dampak negatif dari sampah yang tidak tertangani dengan baik, seperti misalnya dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, dan akhirnya menjadi sumber berbagai macam penyakit. Dan ini dapat menjadi materi informasi yang dapat disampaikan kepada mereka. Anak – anak tentunya akan sangat tertarik dan akhirnya menimbulkan rasa keingintahuan mereka yang mendalam akan hal tersebut. Jika hal ini telah tertanamkan dengan baik, akan timbul dalam pikiran mereka, bahwa sampah memang membutuhkan penanganan yang serius dan supaya lingkungan tetap terjaga.

Berdasarkan hal tersebut, kaum ibu sebagai orang terdekat dengan anak-anak atau keluarga di rumah dapat memberikan gambaran alangkah bijaknya jika pemilahan sampah dilakukan semenjak di rumah dan itu dilakukan oleh anak-anak sendiri. Dengan memilah berdasarkan jenis sampah yang berbeda, ada keinginan anak – anak untuk semakin tertarik dan belajar untuk menyadari, betapa sulitnya penanganan sampah jika kita sendiri tidak ikut peduli semenjak sampah ditimbulkan di rumah. Lebih jauh lagi, hal ini akan menjadi pembicaraan anak – anak di sekolah mereka masing – masing, mengenai budaya baru yang mereka peroleh di rumah, untuk memilah sampah berdasarkan jenisnya.

Tetapi yang lebih penting bahwa pengetahuan tersebut jangan hanya menjadi wacana saja, atau hanya dituangkan melalui coretan diatas kertas saja karena
Menulis lingkungan hidup tak sekedar menuliskan lingkungan hidup. Tapi yang paling penting adalah mencintai yang di tuliskan yaitu mencintai lingkungan hidup…

Friday, March 23, 2007

Info 4/ Review Kegiatan/ POOPMAGZ! Vol.01



Catatan Singkat dari Program
"Mengenal Penghuni Kebun Sekolah"
Program POOP! Vol.01/ "Save Your Garden"
--------------------------------------------------------------
Oleh Pitra Ayu (Koordinator Program POOP)
Foto: Dok.POOP

Pada suatu pagi, saya dan Anang mengunjungi sebuah Sekolah Dasar yang terletak di salah satu ruas jalan tersibuk di Kota Yogyakarta. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka survey lokasi pelaksanaan program POOP! volume 01/2006 dengan tema 'Save Your Garden'. Kenapa Sekolah Dasar? Padahal, kalau melihat lagi pada deskripsi ide untuk tema volume 01, POOP! lebih seperti mencoba mendorong aktivitas tanam pohon di rumah masing-masing. Tapi asumsi pertama kami adalah bahwa sekolah masih memegang peranan penting dalam pembekalan pengetahuan atau referensi seseorang yang sejak kecil hidup di lingkungan perkotaan akan tumbuhan. Berbekal asumsi itu, POOP! memutuskan untuk menjajaki kemungkinan pelaksanaan program di Sekolah Dasar, dengan membidik langsung siswa/i yang menginjak jenjang kelas 4 dimana perkenalan mengenai tumbuhan dibahas pertama kalinya secara mendalam lewat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Sambil berharap bisa segera mengantongi izin dari pihak sekolah, kami sempat melakukan pengamatan singkat pada area-area bebas dalam sekolah yang kami tuju. SD Muhammadiyah Ngupasan 1 dan 2 yang terletak dalam satu kompleks dapat dikatakan nyaris tidak memiliki area yang sangat luas untuk menampung kegiatan-kegiatan di luar ruang kelas. Itulah yang terlintas dalam pikiran kami ketika menyaksikan aktivitas penghuni sekolah saat tidak berada di kelas. Anang, yang juga alumni dari SD Muhammadiyah Ngupasan 1 ini cukup terkejut dengan perubahan yang terjadi. Terutama ketika melihat kenyataan bahwa saat ini sekolah tersebut hanya memiliki ruang sebesar 1x2 m di sekitar mushalla untuk area tanaman hias. Kondisi tanaman-tanaman hias yang ada disana terkesan seadanya, karena menurut pengakuan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Ngupasan 1, tanaman-tanaman tersebut memang diadakan untuk suatu kepentingan yang tidak rutin. Sementara pekerjaan pemeliharaan atau perluasan area lingkungan hidup menemui hambatan dalam penyediaan ruang, waktu dan tenaga. Fakta yang kami temukan ini membuat kami semakin yakin untuk melaksanakan program di lingkungan sekolah. Karena memang inilah mungkin yang menjadi masalah utama untuk sekolah-sekolah yang berada di lingkungan perkotaan, dimana keterbatasan sumber daya terutama ruang menjadi penyebab utama absennya komponen lingkungan hidup di area pendidikan.

Seminggu kemudian, pihak SD Muhammadiyah Ngupasan 1 yang mereka pilih sendiri dan ngobrol-ngobrol tentang objek foto tersebut. Primadona dari sekitar 30 pot besar dan kecil disana adalah tanaman cocor bebek. Mungkin karena tanaman tersebut cukup sering mereka temui atau namanya tidak asing di telinga. Para siswa/i kelas 4 ini ternyata memiliki pengetahuan yang cukup mendalam mengenai tanaman. Kesan ini nampak dari cara mereka mendekripsikan ciri-ciri fisik tanaman, entah dari penampilan daun, batang atau akarnya. Bahkan diantara mereka ada yang langsung bisa menjelaskan pola perkembang biakan tanaman tersebut.

Puncaknya, di keesokan hari para siswa/i ini menampilkan catatan kecil mereka dalam 2 buah mading yang berisikan foto tanaman dan penjelasan sederhana. Pelaksanaan program untuk edisi perdana POOP! ini secara langsung memicu semangat kami untuk segera menggulirkan program selanjutnya. Dengan harapan, akan ada Iffah atau Ais lain yang mau berkenalan dengan penghuni-penghuni lain di ruang aktivitas mereka.

Info 3/ Produk

Selamat Menikmati
POOPMAGZ!
Vol.01/ "Save Your Garden"
Terbit Desember 2006/ fotocopy mix kertas daur ulang
Jumlah 75exp/ freemagz

Pernahkah kalian membayangkan berada di sebuah pekarangan rumah dengan tumbuhan yang rimbun dan aneka macam buah-buahan segar. Selain memberi tubuh kita udara segar terbaharui, kondisi psikologis kita pun akan terpengaruh. Jika kesadaran masyarakat akan pentingnya menanam tumbuhan disekitar lingkungan rumah, minimal 1 pohon untuk 1 rumah, pemanasan global yang sudah tak dapat lagi ditawar kehadirannya dapat kita reduksi.

Gagasan inilah yang mendasari POOP! Di edisi perdana ini dengan tema "Save Your Garden". POOP! terdiri dari sekumpulan anak muda yang mencoba membaca situasi di lingkungan kota, khususnya Yogyakarta. Produk yang dikeluarkan adalah kaos. 10% dari hasil penjualan setiap kaos akan didonasikan untuk mendukung kegiatan yang ditujukan pada anak-anak. Kenapa anak-anak? Karena kami percaya, masa depan ada di tangan mereka. Oleh karena itu mereka harus dibekali dengan pengetahuan lingkungan, agar kesadaran untuk mencintai dan merawat lingkungan dimana mereka hidup dapat tumbuh sedini mungkin.

Hasil dari kegiatan akan dipamerkan dan dimediasikan dengan kemasan majalah yang kami beri nama POOPMAGZ! Semua terlaksana dari 10% donasi per-kaos. Mungkin secara tampilan majalah ini terkesan “nggak banget” bagi sebagian orang, namun percayalah tidak akan berdampak buruk bagi kalian. Selamat menikmati hasil dari proses metabolisme otak kami, dalam memahami dan melihat permasalahan lingkungan.

Salam, redaksi.
-----------------------------------------------------------------------
POOPMAGZ!
Vol.01/ Desember 2006
Redaksi
Anang Saptoto
Pitra Ayu
Produksi
Wijanarko a.k.a Oom Koko

Kontributor Artikel
Pitra Ayu
Zainal Rizal
Surya Andhy Wibowo
Yudhistira S. Utama & Mimbar L Prayoga

Kontributor Ilustrasi
Prihatmoko Catur Wckn

Desain
Everybody Love Ultraman
Lisensi Prod.
Original Mac OS 10,4 Tiger
Powerbook G4 867
Font : Trebuchet MS
-----------------------------------------------------------------------
Please come to:
POOPROOM
http://pooprooom.blogspot.com
Everything It's Happy To You and Happy To Me

Info 2/ Produk


Select Your Trash!
----------------------------------------
Plastik makanan ringan, kaleng susu, sisa pecel lele, bungkus rokok, koran bekas, dan dedaunan merupakan beberapa contoh rupa sampah yang sering kita jumpai. Namun dapatkah kalian membedakan sampah organik dan sampah anorganik? Sampah organic sering juga disebut sampah basah yaitu sampah yang berasal dari makhluk hidup, tentu saja dedaunan dan sisa pecel lele termasuk lalapannya. Sampah ini dapat terurai secara alami, sedangkan sampah anorganik biasa disebut sampah kering yaitu sampah yang tidak dapat terurai secara alami.

Sementara fenomena saat ini masih seringnya masyarakat membakar sampah merupakan kendala klasik pengelolaan sampah. Lalu bagaimana perlakuan kita? Mengurangi pemakaian barang yang sifatnya sekali pakai (Reduce) dan memakai kembali barang yang masih layak pakai (Reuse) adalah solusi yang patut dipikirkan untuk mengurangi penumpukan sampah di lingkungan kita. Konsep ini sangat sederhana sehingga mudah dilakukan. Ini adalah sebuah pilihan, semua kembali pada diri sendiri. Apakah kita dapat mengendalikan sampah atau hidup semakin terhimpit oleh sampah?
----------------------------------------
Clothing Price Rp. 50.000,-
Size L boys, L/M girls
"Reuse"/ Hendra Harsono
/ (A/L/M/P2)
"Reduce"/ Robot Goblok/ (B/L/M/P2)
Copyleft by POOP! Together We Fund
(Untuk luar Yogyakarta, harga belum termasuk ongkos kirim)

Anda Membeli : Anda Menyumbang

10% dari setiap produk kaos yang anda beli kami donasikan untuk mendukung kegiatan sosial yang difokuskan pada anak-anak. Hasil dari program nantinya akan kita pamerkan di sekala lokal dimana program itu diselenggarakan. Report untuk para donasi (pembeli produk) akan kami kemas dalam bentuk majalah yang kami sebut POOPMAGZ. Selain memuat review program dan kegiatan yang telah diselenggarakan, POOPMAGZ juga memuat beberapa artikel pendukung. Untuk tema program dan POOPMAGZ kami selaraskan sesuai tema global disetiap edisinya.
----------------------------------------
POOP! Together We Fun
c: 081578009382 (Anang Saptoto), 081578018157 (Pitra)
b: pooproom.blogspot.com
e: togetherwefund@yahoo.com